WahanaNews-Babel | Menteri BUMN Erick Thohir memastikan rencana pembentukan Holding dan Sub holding di PT PLN bukan untuk meliberalisasi kelistrikan nasional.
Namun lebih kepada mengefisienkan perubahan dari kebutuhan energi ke depan dari yang saat ini memakai energi fosil ke energi baru dan terbarukan.
Baca Juga:
Soal Subholding PLN, Begini Kata Wamen BUMN
Kementerian BUMN mengungkapkan tujuan dalam pembentukan holding dan sub holding di tubuh PT PLN (Persero).
Utamanya, supaya perusahaan setrum pelat merah ini bisa fokus menggenjot pengembangan pembangkit berbasis energi baru dan terbarukan (EBT).
"Mau gak mau akan berubah menjadi energi baru dan terbarukan (EBT). Ini harus benar-benar konsolidasi dan fokuskan jangan sampai nanti capex atau investasi dari PLN malah tetap konsisten di energi yang akan kita tinggalkan," ujar Erick Thohir usai acara Sarasehan 100 Ekonom Indonesia di Menara Bank Mega, Jakarta, Rabu (7/9/2022).
Baca Juga:
Terkait Subholding PLN, Ini Kata Wamen BUMN
Meski begitu, Erick juga tidak menutup mata dengan dinamika yang saat ini terjadi.
Utamanya di Eropa yang akhirnya kembali menghidupkan pembangkit listrik berbahan bakar batu bara.
Erick optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia sampai 2045 mendatang akan terus tumbuh hingga 5%. Artinya kebutuhan akan suplai listrik semakin besar.
"Hari ini walaupun kita kelebihan daya 15 Giga Watt (GW), bukan berarti kita gak tumbuhkan listrik kita tetapi bertahap," ujar Erick.
Meski demikian, Erick belum merinci kapan pembentukan holding dan sub holding itu bisa terlaksana.
Yang pasti, akan terdapat holding dan dua sub holding yang dibentuk oleh Kementerian BUMN.
Pertama, yakni sub holding yang membuat unit bisnis di luar transmisi listrik dalam hal ini adalah 'Beyond Kwh', sub holding power atau pembangkit listrik yang fokus pada pembangkit baik itu PLTU batu bara, pembangkit energi terbarukan seperti solar, air geothermal dan lainnya.
Sementara, PLN Pusat akan berdiri sebagai holding dan mengurus masalah transmisi listrik. [dny]