WahanaNews-Babel | Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD), Jenderal TNI Dudung Abdurachman, menyampaikan rencana melakukan rekrutmen calon prajurit TNI AD dari kalangan santri dan lintas agama dalam waktu dekat.
Alasan mantan Pangkostrad itu merekrut santri dan lintas agama menjadi prajurit TNI karena dirinya yakin mereka sudah terdidik, baik dari segi moral maupun akhlaknya.
Baca Juga:
Dudung Abdurachman: Pemuda Harus Aktif Jemput Indonesia Emas 2045
Wakil Ketua MPR RI, Jazilul Fawaid alias Gus Yazil, merespons positif rencana Jenderal Dudung tersebut.
Gus Jazil, panggilan akrabnya, mengatakan, keinginan pimpinan TNI merekrut para santri, khususnya dari jalur penghafal Al Quran, sebenarnya sudah ada sejak lama.
Pria kelahiran 5 Desember 1971 itu mengatakan, dirinya ingat pada tahun 2019 ada sekitar 13 orang lulusan Perguruan Tinggi Ilmu Al Quran Jakarta mendaftar TNI lewat jalur rohaniawan.
Baca Juga:
Gantikan Dudung Abdurachman , 'Bapak Air' Maruli Simanjuntak Digadang-gadang Jadi KASAD
“Dari 13 orang itu yang diterima enam orang. Empat di matra laut dan dua di matra darat. Salah satunya diberi penghargaan sebagai angkatan terbaik,” kata Gus Jazil dalam keterangan pers yang dikirim Humas MPR pada Kamis (9/12/2021).
Dengan demikian, lanjut Gus Jazil, hasil rekrutmen dari kalangan santri yang sudah dilakukan, baik secara fisik dan intelektual sudah memenuhi standardisasi yang ditetapkan oleh TNI.
“Jadi, begitu mendengar KSAD ingin merekrut santri, saya sudah tidak kaget lagi, sebab memang anak-anak santri sudah dilirik TNI sejak dulu,” tambah Gus Jazil.
Dia mengatakan hal itu saat menjadi narasumber Diskusi Empat Pilar MPR RI bertema ‘TNI Rekrut Santri Untuk Memperkokoh NKRI’ di Senayan, Jakarta, Rabu (8/12/2021).
Gus Jazil berharap para santri merespons pernyataan Jenderal Dudung dengan mempersiapkan diri sebaik-baiknya, antara lain dengan mengasah kemampuan fisik dan intelektual.
“Santri yang direkrut menjadi TNI juga mesti memiliki kemampuan untuk mengkomunikasikan agama sebagai sumber perdamaian,” katanya.
“Selain itu, karena kita berada di dunia modern, santri harus melek teknologi informasi dan digital. Ini juga berlaku buat TNI. Sebab, di masa depan tantangan berat bangsa ini bukan hanya perang fisik saja, tapi perang siber atau cyber war. Perang di dunia maya ini bukanlah hal mustahil nanti dan itu mesti betul-betul diperhatikan,” pesannya.
Co-Founder Institute for Security and Strategic Studies (ISESS), Dr Khairul Fahmi, yang juga sebagai pembicara pada diskusi tersebut, mengatakan, apa yang disampaikan KSAD, Jenderal Dudung Abdurachman, memang bukan hal yang baru.
Pasalnya, sejak masa perjuangan, kalangan santri sudah ambil bagian dengan bergabung menjadi laskar-laskar membantu para pejuang melawan penjajah.
“Saat ini pun di TNI, banyak juga dari level tamtama sampai perwira yang berlatar belakang santri dan kemampuan mereka baik-baik saja, para santri yang masuk menjadi anggota mampu beradaptasi dan mampu menjadi TNI yang bagus,” ujar Khairul. [dny]