WahanaNews-Babel | PT PLN (Persero) was-was dengan kenaikan harga batu bara yang berdampak pada kurangnya pasokan komoditas tersebut untuk perusahaannya.
Namun, Vice President Komunikasi Korporat PLN Gregorius Adi Trianto memastikan pemenuhan pasokan batu bara untuk pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) dalam kondisi aman berada di level 19 Hari Operasi (HOP).
Baca Juga:
Ratu Batu Bara Tan Paulin Diperiksa KPK di Kasus Rita Widyasari
Ia menambahkan saat ini PLN membeli batu bara dengan mengacu pada harga DMO yang ditetapkan pemerintah sebesar US$70 per ton, sehingga tidak ada dampak pada keuangan.
"Meskipun tidak berpengaruh pada keuangan PLN, melonjaknya harga batu bara di pasar internasional menyebabkan timbulnya disparitas harga yang sangat tinggi antara harga internasional dan domestik," katanya, Rabu (3/8).
Menurutnya, hal tersebut berpotensi menyebabkan pemasok batu bara lebih memilih untuk menjual batu bara ke luar negeri yang dapat mempengaruhi kebutuhan dalam negeri.
Baca Juga:
KPK Ungkap Eks Bupati Kukar Dapat US$5 per Matrik Ton dari Perusahaan Batu Bara
"Untuk itu PLN bersama-sama dengan Pemerintah dan stakeholder di industri batu bara domestik, selalu berkoordinasi dan bersinergi untuk melakukan upaya-upaya penyempurnaan kebijakan domestic market obligation, khususnya terkait pembentukan Badan Layanan Umum (BLU) sehingga tercipta iklim usaha industri batu bara yang lebih sehat dan memenuhi asas keadilan untuk semua pihak," katanya.
Sebelumnya, harga batu bara acuan (HBA) naik US$2,59 menjadi US$321,59 per ton pada Agustus 2022 dibandingkan bulan sebelumnya.
Kenaikan harga batu bara itu karena krisis energi Eropa, terutama pasokan gas.
Jika dibandingkan dengan Januari 2022 di kisaran US$158,50 per ton, harga batu bara melonjak hingga dua kali lipat dalam enam bulan.
Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM Agung Pribadi menuturkan kondisi pasokan gas di Eropa berpengaruh besar dalam penentuan harga batu bara acuan bulan ini.
Faktor lain yang turut mempengaruhi harga batu bara acuan adalah lonjakan permintaan dari China, India, dan Korea Selatan.
"Hal ini terjadi lantaran Rusia menawarkan diskon harga batu bara," terang Agung.
Sepanjang tahun ini, harga batu bara konsisten meningkat. Pada Januari, harganya masih di kisaran US$158,50 per ton. Lalu, menanjak jadi US$188,38 per ton pada Februari.
Selanjutnya pada Maret menyentuh level harga US$203,69 per ton. Disusul April dan Mei masing-masing US$288,40 dan US$275,64 per ton.
Lalu, pada Juni harga batu bara acuan tembus US$323,91 dan Juli sedikit menurun menjadi US$319 per ton.
Tahun lalu, pasokan batu bara ke PLN juga sempat macet pada Agustus 2021 hingga Januari 2022.
Bahkan, pemerintah sempat melarang ekspor batu bara karena minimnya pasokan bisa menyebabkan 20 PLTU berdaya 10.850 megawatt padam. [dny]