WahanaNews-Babel | PT PLN (Persero) melaporkan tahun ini kelebihan pasokan listrik atau over suplai listrik bakal semakin membengkak seiring dengan masuknya pembangkit listrik dalam mega proyek 35.000 Mega Watt (MW).
Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo mengatakan bahwa pihaknya akan mengalami over suplai listrik yang luar biasa. Tercatat, di Pulau Jawa pada tahun ini akan ada pasokan hingga 6.000-an MW, sementara penambahan permintaan atau demand dari listrik hanya 800 MW
Baca Juga:
Urgensi Krisis Iklim, ALPERKLINAS Apresiasi Keseriusan Pemerintah Wujudkan Transisi Energi Bersih
"Akan ada gap besar mencapai 5.000 MW antara suplai listrik dan demand," ungkap Darmawan, disela penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) Green Industry Cluster, Rabu (23/2/2022).
Lebih lanjut menurut Darmawan potensi penambahan pasokan listrik terus terbuka seiring dengan rencana pembangunan pembangkit listrik berbasis Energi Baru Terbarukan (EBT) sesuai dengan target yang dicanangkan dalam Rencana Umum Energi Nasional (RUEN).
Tapi kembali lagi, penambahan pasokan listrik tersebut justru memberikan masalah baru apabila tidak terdapat konsumen listrik.
Baca Juga:
Di COP29, PLN Perluas Kolaborasi Pendanaan Wujudkan Target 75 GW Pembangkit EBT 2030
"Saya dengan bu Nicke (Dirut Pertamina) survey di Mambramo ada potensi 2,3 GW, demand dan supply ini gak nyambung. Gimana ini kita bisa menyambungkan," ujar Darmawan.
Inisiasi kerja sama tengah diusung oleh tiga Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yakni PT PLN (Persero), PT Pertamina (Persero) serta PT Pupuk Indonesia (Persero).
"Kita bangun energy storage system untuk bisa menyimpan dan mendistribusikan ini. Dan harganya harus affordable. Kerjasama ini nilainya strategis. Ini punya nilai ekonomis. Dengan semangat kolaboratif ini semoga transisi energi juga bisa membuat value cretion. Masalah pembangkit kami alihnya, storage Pertamina alihnya. Pupuk ahlinya pupuk green dan hydrogen," jelas Darmawan.
Sementara itu Nicke Widyawati, Direktur Utama Pertamina, menuturkan kerjasama ini akan dimulai di Sumatera Selatan dan Jawa Barat.
Dia menjelaskan bahwa Pertamina sebenarnya telah melakukan pengembangan green hydrogen di Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Ulubelu.
"Kita juga butuh Plaju dan Dumai. Plaju sudah blue hydrogen. Plaju dan Cilacap sudah disuplai blue hydrogen. Dumai untuk biofuel maka ini sudah ada blue hydrogennya," ungkap Nicke.
Selain itu, ada juga permintaan untuk PHC, amonia dimana Pertamina bisa menghasilkan green amonia. "Jabar juga bisa kita lakukan. Supply EBT nya melimpah.
Bisa dibuat kluster sendiri. PLTA besar besar, PLTP banyak. Kalau bisa bikin green belt itu menarik. Kita semangat untuk itu," kata Nicke.
Bakir Pasaman, Direktur Utama Pupuk Indonesia, menjelaskan saat ini perusahaan memiliki rencana dekarbonisasi masing-masing padahal untuk mencapai target itu bisa dilakukan dengan kerja sama.
"Kita rasanya masing masing perusahaan berusaha untuk dekarbonisasi sendiri sendiri. Tetapi melalui payung ini kita bisa terintegrasi," ujar Bakir.
Dalam waktu dekat, Pupuk Indonesia kata Bakir sudah memiliki target untuk bisa lebih meningkatkan penggunaan energi ramah lingkungan.
"Jangka pendek, kita ingin menggunakan green power untuk pabrik kami. Green power yang mudah di Pupuk Kujang yang dekat dengan jati luhur. Lalu disupport lagi degan PLTP ataupun ditempat lain di Sumatera maupun daerah lain. Sehingga kita mulai memakai green energy untuk pabrik kami," jelas Bakir. [dny]