Kremlin juga mengklaim sang wali kota mengonfirmasi tak ada penduduk Bucha yang ditembak ataupun tangannya diikat ditemukan di jalanan.
Pada 1 April, Rusia mengklaim muncul pesan-pesan pemberitahuan pemberlakuan jam malam yang tersebar di antara warga Bucha. Penduduk kota pun dilarang keluar dari rumah selama lima hari ke depan.
Baca Juga:
Setiap Serangan Iran Bikin Israel Rugi Rp 3,2 Triliun Per Hari, Ekonomi Semakin Terpuruk
"Pada saat yang sama, pasukan Ukraina memublikasikan video mereka dari jalan-jalan Kota Bucha dan tidak ada seorang pun yang ditembak. Jam malam ditiadakan tanggal 3 April," demikian bunyi pernyataan Kedubes Rusia menambahkan.
Pada 2 April, analisis Rusia mengklaim ada satuan pertahanan wilayah dari Kyiv masuk ke Kota Bucha. Namun, Moskow tak menjelaskan identitas satuan pertahanan itu ataupun kubunya.
Rusia mengklaim di antara satuan tersebut ada unit yang dikepalai Sergei Korotkih alias Botsman yang dikenal Rusia sebagai kaum neo-Nazi yang telah bergabung dalam batalion Azov, bagian dari pasukan Ukraina.
Baca Juga:
Diduga Pasok Teknologi Rudal ke Iran, FBI Tawarkan Rp245 Miliar untuk Tangkap Baoxia Liu
"Justru dia yang memberikan perintah untuk menembak orang tanpa ada tanda khusus, yaitu warga sipil biasa. Dalam video salah satu prajurit batalion yang dikepalai Botsman dia bertanya: 'Ada orang-orang yang tidak bertanda apa pun, boleh kita tembak mereka?' 'Tentu!', ada yang menjawab," bunyi pernyataan Rusia lagi.
Rusia mengklaim pesan-pesan hingga foto dan video soal pembunuhan warga sipil di Bucha mulai beredar pada 3 April.
Pada 4 April, Rusia menuturkan Presiden Ukraina Vladimir Zelensky mengunjungi Kota Bucha didampingi puluhan wartawan, termasuk wartawan asing.