Sedangkan dari sisi Electrifying Agriculture, petani diyakini Darmawan bisa lebih hemat dan meningkatkan produktivitas jika peralatan pertaniannya diganti berbasis listrik. Hal ini melepas ketergantungan para petani dari BBM.
Selain itu, PLN juga melakukan Electrifying Marine dengan penyediaan fasilitas listrik di pelabuhan.
Baca Juga:
Pertumbuhan Tinggi, Dirjen ESDM: Masalah Over Supply Listrik di Jawa-Bali Akan Teratasi
"Ini sudah kita lakukan di daerah-daerah perikanan laut. Misalnya di kepulauan Maluku, Sulawesi, Kalimantan, dan lainnya. Kapal-kapal yang sandar tidak lagi bakar solar, hanya pakai listrik yang sangat irit," katanya.
Vice President Market Intelligence & Ekonomi Analitis PLN, Henri Firdaus mencatat hingga Juli 2022, capaian PLN dalam mendorong masyarakat pertanian memakai listrik mendapat sambutan yang baik.
Pada tahun ini, total pelanggan Electrifying Agriculture mencapai 178.127 pelanggan dengan daya terpasang mencapai 2.966 MVA.
Baca Juga:
Percepat NZE 2060, PLN Indonesia Power Perkuat Ekosistem Hidrogen dari Hulu ke Hilir
"Melalui Electrifying Agriculture, kami ingin meningkatkan kesejahteraan petani dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Ini bisa juga membantu petani untuk menghemat biaya operasional mereka. Dari menggunakan BBM dan LPG, kita konversi menjadi listrik," ucapnya.
Menurutnya, PLN tidak hanya memastikan pasokan listrik yang andal dan aman, tetapi dalam program Electrifying Agriculture ini, PLN juga sampai melakukan perakitan dan pengkonversian alat pertanian ke berbasis listrik. PLN mengubah traktor yang berbasis solar menjadi traktor listrik.
"Kami juga assembly penggilingan padi berbasis listrik. Tentu masih banyak teknologi yang bisa lebih hemat lagi untuk bisa mendorong Electrifying Agriculture ini perlu inovasi semua pihak untuk menciptakan teknologi yang lebih efisien dan ramah lingkungan lagi," pungkasnya. [dny]