"Bibit kopi didatangkan dari Sumatera, khususnya dari keresidenan Palembang. Pemerintah Hindia Belanda kemudian menganjurkan penduduk Pulau Bangka untuk menanam kopi, dan hasilnya bisa digunakan untuk konsumsi lokal atau untuk kebutuhan rumah tangga saja," tutur Elvian.
Keberadaan kedai kopi di Bangka Belitung, lanjutnya, tak lepas kaitannya dengan aktivitas penambangan timah.
Baca Juga:
Tren Kopi Sumedang Naik Daun, DiskopUKMPP: Ini Saatnya Inovasi dan Ekspansi!
Para pekerja tambang timah di Pulau Bangka, biasanya mengisi waktu istirahat setelah setengah hari bekerja (setengah kung/kong) dengan minum kopi.
"Lama waktu istirahat, biasanya ditentukan berdasarkan minum kopi panchok, yaitu minum satu gelas kopi dibagi untuk dua orang. Apabila selesai minum kopi panchok beserta dengan pantonya yaitu aneka kue dan makanan ringan, para pekerja tambang kembali bekerja untuk menyelesaikan satu kung/kong pekerjaannya (1 kong biasanya waktu bekerja berkisar 8 sampai 9 jam sehari)," bebernya.
Ia menilai, konsumsi kopi lokal cukup prospektif dikembangkan, apalagi disertai dengan keahlian pengolahan biji kopi sampai meraciknya menjadi minuman, yang merupakan keahlian turun temurun yang dilakukan oleh orang-orang Bangka, terutama peranakan Tionghoa.
Baca Juga:
5 Penyakit Bisa Menyerah jika Anda Minum Kopi Hitam Tanpa Gula
Aktivitas ngopi juga dilakukan oleh masyarakat pribumi Bangka ketika menerima tamu.
Suguhan kopi beserta kue tradisional menjadi hidangan istimewa bagi tamu. [dny]